Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga
dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi
sehat dapat dilihat dari dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi
produksi memandang keadaan sehat sebagai salah satu modal produksi atau
prakondisi yang dibutuhkan seseorang sehingga dapat beraktivitas yang
produktif.
Salah satu upaya
mewujudkannya dalam industri dikembangkan konsep kesehatan dan keselamatan
kerja (K3). Dimensi konsumsi menjelaskan manfaat sehat sebagai kondisi yang
dibutuhkan setiap manusia untuk dinikmati sehingga perlu disyukuri. Dimensi ini
melahirkan pemahaman upaya manusia untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan. Usaha-usaha
preventif dan promotif seperti gizi, sanitasi, konseling genetika, asuransi, estetika
termasuk di dalamnya.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, mempromosikan kesehatan dan efisiensi dengan menggerakkan
potensi seluruh masyarakat. Konsep kesehatan masyarakat berkaitan dengan
perubahan perilaku sehat akan lebih terbentuk dan bertahan lama bila dilandasi
kesadaran sendiri (internalisasi) sehingga konsep upaya sehat dari, oleh dan
untuk masyarakat sangat tepat diterapkan.
Pemerintah Indonesia sudah mengembangkan konsep Desa Siaga yang menggunakan
pendekatan pengenalan dan pemecahan masalah kesehatan dari, oleh dan untuk
masyarakat sendiri. Peranan petugas kesehatan sebagai stimulator melalui
promosi kesehatan dilakukan dengan memberikan pelatihan penerapan Desa Siaga.
Kegiatan diwujudkan melalui rangkaian pelatihan mengidentifikasi masalah
kesehatan dengan mengenalkan masalah kesehatan dan penyakit yang banyak terjadi
dalam lingkungan mereka dilanjutkan survey mawas diri (SMD) dan aplikasi upaya
mengatasi yang disepakati masyarakat berupa musyawarah masyarakat desa (MMD).
Harapan pemerintah agar upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat
lebih cepat dan lebih awet karena masyarakat mampu mandiri untuk sehat.
Tanpa pemahaman terhadap penyakit dan masalaah kesehatan masyarakat oleh
petugas kesehatan maka tidak akan memiliki dasar pemahaman yang kuat.
Implikasinya akan terjadi semakin jauh kesenjangan
pemahaman konsep penyakit dan masalah kesehatan antara petugas kesehatan dan
masyarakat sehingga gagal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Masalah Kesehatan
Masyarakat
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia perlu
dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku kesehatan,
lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan berbagai
masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan
penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular. Masalah kesehatan tersebut
dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau komunitas tertentu seperti
kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok lanjut usia dan kelompok
pekerja.
- Masalah Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan bila
mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di Amerika Serikat memiliki
urutan kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat setelah
faktor lingkungan. Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi faktor
utama masalah kesehatn sebagai akibat masih rendah pengetahuan kesehatan dan
faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait tingkat pendidikan yang
mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berperilaku sehat. Terbentuknya
perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif berupa
pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif)
yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat timbul
setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa
didasari kedua respon di atas. Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama
karena terbentuk tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu.
Proses terbentuknya
sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber pengetahuan dan
diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan
atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga pengetahuan
sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat
berperilaku sehat.
Sikap setuju terhadap
suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila pengetahuan yang mendasari perilaku
diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku seseorang dilandasi motif. Bila
seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku sehat yang diharapkan oleh
petugas kesehatan maka terbentuklah sikap yang mendukung.
Perilaku sendiri menurut
Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor predisposisi (predisposing
factors), faktor pendukung (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing
factors). Oleh sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan
kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas
sehingga masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
- Masalah Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih,
pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan
pengolahan makanan.
2. Penyehatan lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman
secara khusus adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan
manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanah
cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal
yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai
prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat
kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria
tersebut antara lain luas bangunan rumah minimal 2,5 m2 per
penghuni, fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah
dan limbah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga serta gudang dan
kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat rumah sehat dapat
menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun sosial
yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada
kemiskinan dan masalah sosial.
3. Penyediaan air bersih
Kebutuhan air bersih
terutama meliputi air minum, mandi, memasak dan mencuci. Air minum yang
dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal sebagai air yang dikonsumsi. Syarat
air minum yang sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat
kimia. Air minum sehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa, suhu di bawah suhu udara sekitar (syarat fisik), bebas dari
bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia sumber-sumber air minum
dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan
air sumur dalam. Sumber-sumber air tersebut memiliki karakteristik
masing-masing yang membutuhkan pengolahan sederhana sampai modern agar layak
diminum.
Tidak terpenuhi
kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit seperti
infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.
4. Pengelolaan limbah dan sampah
Limbah merupakan hasil
buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga, industri atau tempat-tempat umum
lainnya. Sampah merupakan bahan atau benda padat yang dibuang karena sudah
tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan sampah
yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan lingkungan.
Pengolahan kotoran
manusia membutuhkan tempat yang memenuhi syarat agar tidak menimbulkan
kontaminasi terhadap air dan tanah serta menimbulkan polusi bau dan mengganggu
estetika. Tempat pembuangan dan pengolahan limbah kotoran manusia berupa jamban
dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan karena beberapa penyakit
disebarkan melalui perantaraan kotoran.
Pengelolaan sampah
meliputi sampah organik, anorganik serta bahan berbahaya, memiliki 2 tahap
pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampah serta pemusnahan dan
pengolahan sampah.
Pengelolaan limbah
ditujukan untuk menghindarkan pencemaran air dan tanah sehingga pengolahan
limbah harus menghasilkan limbah yang tidah berbahaya. Syarat pengolahan limbah
cair meliputi syarat fisik, bakteriologis dan kimia. Pengolahan air limbah
dilakukan secara sederhana dan modern. Secara sederhana pengolahan air limbah
dapat dilakukan dengan pengenceran (dilusi), kolam oksidasi dan irigasi,
sedangkan secara modern menggunakan Sarana atau Instalasi Pengolahan Air Limbah
(SPAL/IPAL).
- Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan
Pengelolaan
tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar dan lain-lain
sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan makanan (pabrik atau
industri makanan) dan tempat penjualan makanan (toko, warung makan, kantin,
restoran, cafe, dll). Kegiatan berupa pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan
air bersih serta pengolahan limbah dan sampah.
2. Masalah Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang
bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal. Tercapainya pelayanan
kesehatan yang sesuai standar membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan
prosedur pelayanan.
Ketersediaan sumber daya
yang akan menunjang perilaku sehat masyarakat untuk memanfaat pelayanan
kesehatan baik negeri atau swasta membutuhkan prasyarat sumber daya manusia
(petugas kesehatan yang profesional), sumber daya sarana dan prasarana
(bangunan dan sarana pendukung) seta sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).
3.
Petugas kesehatan yang profesional
Pelaksana pelayanan
kesehatan meliputi tenaga medis, paramedis keperawatan, paramedis non
keperawatan dan non medis (administrasi). Profesionalitas tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan kompetensi dan taat prosedur.
Saat ini masyarakat
banyak menerima pelayanan kesehatan di bawah standar akibat kedua syarat di
atas tidak dipenuhi. Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi karena kurangnya
tenaga sesuai kompetensi atau tidak terdistribusi secara merata melahirkan
petugas kesehatan yang memberikan pelayanan tidak sesuai kompetensinya.
Kurangnya pengetahuan dan motif ekonomi sering menjadikan standar pelayanan
belum dikerjakan secara maksimal. Masyarakat cenderung menerima kondisi
tersebut karena ketidaktahuan dan keterpaksaan. Walaupun pemerintah telah
banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia baik melalui
peraturan standar kompetensi tenaga kesehatan maupun program peningkatan
kompetensi dan pemerataan distribusi tenaga kesehatan tetapi belum seluruh
petugas kesehatan mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat petugas
kesehatan yang masih banyak menyimpang dari tujuan awal keberadaannya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin
sedangkan aspek preventif dan promotif dalam pelayanan kesehatan belum dominan.
Perilaku sehat masyarakat pun mengikuti saat paradigma sehat dikalahkan oleh
perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya pada saat sakit.
- Sarana bangunan dan pendukung
Keterbatasan sarana dan
prasarana pendukung pelayanan kesehatan saat ini diatasi dengan konsep Desa
Siaga yaitu konsep memandirikan masyarakat untuk sehat. Sayangnya kondisi
tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat karena lebih dominannya
perilaku sakit. Pemerintah sendiri selain dana APBN dan APBD, melalui program
Bantuan Operasional Kegiatan (BOK) Puskesmas dan program pengembangan sarana
pelayanan kesehatan rujukan telah banyak meningkatkan mutu sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan di Indonesia.
2. Pembiayaan kesehatan
Faktor pembiayaan
seringkali menjadi penghambat masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Faktor yang merupakan faktor pendukung (enabling factors)
masyarakat untuk berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia melalui
asuransi kesehatan maupun dana pendamping. Sebut saja asuransi kesehatan untuk
pegawai negeri sipil (PT. Askes), polisi dan tentara (PT. Asabri), pekerja
sektor industri (PT. Jamsostek), masyarakat miskin (Jamkesmas Program Keluarga
Harapan), masyarakat tidak mampu (Jamkesda) bahkan masyarakat umum (Jampersal
dan asuransi perorangan). Namun tetap saja masalah pembiayaan kesehatan menjadi
kendala dalam mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu terkait kesadaran
masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit masih dominan sehingga upaya
kuratif yang membutuhkan biaya besar cenderung menyebabkan dana tidak tercukupi
atau habis di tengah jalan. Karena itu diperlukan perubahan paradigma
masyarakat menjadi Paradigma Sehat melalui Pendidikan Kesehatan oleh petugas
kesehatan secara terus menerus.
3. Masalah Genetik
Beberapa masalah
kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik tidak hanya penyakit
keturunan seperti hemophilia, Diabetes Mellitus, infertilitas dan lain-lain
tetapi juga masalah sosial seperti keretakan rumah tangga sampai perceraian,
kemiskinan dan kejahatan. Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul akibat
faktor genetik lebih banyak disebabkan kurang paham terhadap penyebab genetik,
disamping sikap penolakan karena faktor kepercayaan. Agar masyarakat dapat
berperilaku genetik yang sehat diperlukan intervensi pendidikan kesehatan
disertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh
masyarakat dan penguasa wilayah). Intervensi berupa pendidikan kesehatan
melalui konseling genetik, penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah dan
pentingnya pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit atau
masalah kesehatan pada keturunannya.
0 komentar:
Posting Komentar